Budidaya ikan kerapu di kawasan Perairan Laut Taman Nasional Ujungkulon (TNUK), Banten, ternyata bisnis yang cukup menggiurkan. Para petani ikan diperkirakan mampu menangguk penghasilan sebesar Rp 425 juta untuk sekali panen. Padahal, selama ini potensi yang dimiliki taman nasional tersebut belum banyak dilirik. Karena itu, keberhasilan budidaya kerapu ini diharapkan dapat menggugah sejunlah kalangan yang berminat "bermain" di bisnis itu.
Awalnya, budidaya ikan kerapu di TNUK dipelopori sekelompok pemuda Muhammadiyah. Bermodalkan Rp 700 juta hasil pinjaman dari PT Jamsostek, mereka membangun enam keramba buat membesarkan sebanyak 7.500 ekor benih kerapu di perairan itu. Setiap enam bulan sekali, para petani tersebut memanen hasil. Diperkirakan, pada panen pertama sekitar April mendatang ini, mereka akan memperoleh ikan kerapu sebanyak 1.700 kilogram. Jika harga jual per kilogram dihitung Rp 250 ribu, berarti petani akan mendapatkan uang sebesar Rp 425 juta. Artinya, hanya dalam waktu setahun atau dua kali panen, mereka sudah bisa mengembalikan modal. Selanjutnya, pada panen ketiga, keuntungan yang diperoleh pun sudah bisa menjadi milik sendiri. Tentunya, sudah dikurangi biaya operasional sebesar 45 persen dari modal awal.
Keuntungan lainnya, usaha budidaya kerapu juga menyediakan lapangan kerja bagi pemuda Desa Cigarondong. Tercatat sebanyak 19 pemuda desa setempat yang ikut membantu para petani mengembangkan usaha tersebut. Untuk itu, mereka dibayar antara Rp 375 ribu-450 ribu per bulan.
Sebuah keramba ikan kerapu dibuat dari semen, besi, dan lapisan gabus putih. Biasanya keramba ini ditaruh di perairan yang lebih tenang agar terhindar dari gelombang laut dan mendapatkan air laut yang bersih. Sejauh ini, budidaya ikan kerapu mendapat respons positif dari Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri. Dia menilai hasil budidaya kerapu dapat dijadikan komoditi ekspor. Pasalnya, masyarakat di negara Singapura, Hong Kong, Malaysia, dan Jepang dikenal sebagai penggemar ikan kerapu. Itulah sebabnya, Rokhmin menyebut bisnis ini sebagai usaha berprospek cerah.
Setiap tahunnya, Indonesia menyuplai dua persen atau sebanyak 600 ribu ton kebutuhan ikan kerapu untuk warga dunia. Karena itu, Rokhmin berharap, peternakan kerapu lebih diberdayakan lagi mengingat keberhasilan penetasan telur ikan itu di Perairan Indonesia mencapai 40 persen. Sementara di negara lain sesama pembudidaya kerapu, tingkat keberhasilan penetasan telur kerapu hanya mencapai 10 persen.(SID/Sentot Noerachman dan Dwi Guntoro)